12 Maret lalu saya menghadiri pemutaran Film Mini Dokumenter “Buka Mata Buka Cerita” di XXI Lounge Plaza Senayan yang merupakan persembahan Insto sebagai brand tetes mata nomor satu di Indonesia dari Combiphar, bersama Nia Dinata. Dan setelah menonton film yang berdurasi 3 menit 18 detik tersebut saya merasa takjub. Sebelum saya lanjutkan, mari ditonton terlebih dahulu Film Mini Dokumenter “Buka Mata Buka Cerita” sebagai film mini dokumenter pertama di Indonesia menggunakan Snapchat Spectacles.
Gimana?!..
Baiklah saya akan menjabarkan ketakjuban saya satu persatu.
Pertama, pengambilan seluruh gambar tersebut menggunakan sebuah kacamata spectacles.
Sumber: https://www.spectacles.com/
Spectacles adalah kacamata yang mampu merekam video dengan durasi 10 detik dan mengirim hasil video tersebut ke smart phone melalui aplikasi Snapchat serta memberikan hasil video seperti apa yang dilihat oleh mata kita. Jadi kalau dirimu ingin mendapatkan video tanaman padi yang akan ditanam maka pandangan mata yang menggunakan kacamata spectacles harus sejajar dengan tangan yang akan menanam padi tersebut, jika ingin melihat bawah jalanan fly over maka harus berdiri tepat dibawah jalanan fly over tersebut dan pandangan mata yang menggunakan kacamata spectacles melihat ke atas. Yah mungkin ini juga yang bisa menjelaskan apa yang dimaksud sudut pandang, karena setiap orang yang berdiri ditempat yang sama belum tentu melihat hal yang sama juga *mendadak bijak*.
Kedua, sembilan anak muda yang terpilih dari seluruh Indonesia ini terpilih menjadi co-director dan berkolaborasi dengan Nia Dinata dengan proses yang cukup panjang. Kesembilannya terpilih dari hampir 1000 peserta melalui proses seleksi peserta yang dimulai sejak bulan Oktober 2017 – Februari 2018. Maka terpilihlah 20 semifinalis yang kesemuanya mendapatkan workshop selama satu hari bersama Nia Dinata tentang teknik dasar pembuatan film mini dokumenter menggunakan Snapchat Spectacles. Dan pada hari yang sama juga, Insto dan Nia Dinata memilih 9 finalis sebagai co-director. Saya yakin ini bukan proses yang mudah tapi setelah melihat hasil Film Mini Dokumenter “Buka Mata, Buka Cerita” kesembilan orang anak muda ini mampu menceritakan apa yang mereka lihat dalam waktu kurang lebih 1 menit dengan cerita yang berkarakter, orisinal dan realistis ini sungguh luar biasa. Coba saja tantang diri sendiri untuk membuat cerita dari apa yang kita lihat, saya yakin ini tidak akan mudah. Bisa dilihat dari video kak Swastika Nohara berikut ini 😄😄.
Nia Dinata pun mengungkapkan keberhasilan kesembilan co-director dalam mengangkat film dokumenter yang syarat dengan keunikan, sensitivitas dan realita yang ada.
Ketiga, hal yang memuat takjub selanjutnya adalah Film Mini Dokumenter “Buka Mata Buka Cerita” itu sendiri. Setelah kesembilan anak muda terpilih ini menemukan idenya masing-masing mereka lalu membuat ceritanya dan sampai pada pengambilan gambar masing-masing. Kesembilan co-director ini bekerja sendiri-sendiri loh namun pada akhirnya di Film Mini Dokumenter “Buka Mata, Buka Cerita” semua cerita tersebut dibuat menjadi satu kesatuan yang utuh dan menceritakan kembali keseluruhan ide, adegan dan narasi yang mendukung dalam satu cerita yang sarat makna.
It’s just ‘WOW’ for me 👏👏👏
Pada kesempatan tersebut Bapak Weitarsa Hendarto selaku VP Consumer Healthcare & Wellness and International Operations PT. Combiphar juga menyampaikan, Insto yang sudah hadir selama lebih dari 30 tahun di Indonesia telah menjadi brand terpercaya untuk solusi iritasi mata ringan juga ingin sejalan dengan kebijakan pemerintahan dalam mendukung industri kreatif. Kegiatan “Buka Mata Buka Cerita” merupakan inisiatif Insto yang ditujukan kepada para anak muda, untuk secarah jernih melihat, merekam dan membuka mata terhadap berbagai peristiwa di kehidupan mereka melalui teknik dasar pembuatan film mini dokumentasi yang baik bersama Nia Dinata sebagai salah satu Sutradara Film Terbaik Indonesia.
Dion Wiyoko pun mendukung project ini dan memberikan apresiasi kepada Insto karena memberi kesempatan yang baik bagi anak muda untuk menuangkan kreatifitasnya dalam menyampaikan pesan positif kepada masyarakat sesuai dengan tujuan dari kampanye “Buka Mata Buka Cerita”.
Setelah rangkaian kegiatan satu persatu telah dilewati, maka tiba waktunya pengumuman pemenang “Buka Mata Buka Cerita”. Juara ketiga diberikan kepada Sri Sulistiyani dengan cerita “Pohaci”, juara kedua diberikan kepada Yudhistira Tegar Hermawan yang menceritakan “Dibawah Fly Over” dan juara pertama diberikan kepada Ghafara Difa Harashta bercerita “Yang Berdiri Sejak Lama” dengan cara yang unik. Ketiganya mendapatkan piagam penghargaan serta uang tunai sebagai bentuk apresiasi usaha dan kerja kerasnya menghasilkan cerita terbaik. Untuk lebih lengkapnya mengenai cerita dari kesembilan co-director “Buka Mata, Buka Cerita” bisa langsung lihat di Insto “Buka Mata Buka Cerita” .
Jagalah Kesehatan Mata
Setelah melihat Film Mini Dokumenter “Buka Mata, Buka Cerita” saya menjadi sadar akan pentingnya kondisi mata yang sehat. Dengan mata yang sehat pastinya kita akan melihat lebih baik dan mempelari lebih banyak hal dengan mengamati apa yang terjadi di sekitar kita, sehingga menjaga kesehatan mata ini perlu sekali diperhatikan. Ini juga ditujukan kepada para anak muda khususnya karena memiliki gaya hidup yang aktif dan produktif sehingga perlu menyadari kebutuhan mata agar selalu sehat.
Hal ini pun disampaikan oleh Bapak Weitarsa Hendarto, karena faktanya 9 dari 10 orang Indonesia pernah mengalami iritasi mata ringan dan sayangnya baru 1 dari 9 orang yang menggunakan tetes mata untuk mengatasi iritasi tersebut. Faktor penyebab iritasi mata ini sesungguhnya kita temui setiap hari misalnya paparan gadget, layar komputer, ruangan ber-AC, menyetir dalam waktu yang cukup lama dan menyebabkan mata lelah juga kering. Bahkan terkadang sampai membuat mata menjadi merah juga kerap terjadi ketika mata terkena asap, debu dan polusi akibat berkendara motor dan beberapa aktifitas olahraga.
Penutupan dari Bapak Weitarsa Hendarto diatas sesungguhnya menjadi ketukan untuk diri saya juga yang terkadang suka ‘kucek-kucek’ mata dimana saja 😅😅, bahkan dalam kondisi tangan yang belum tercuci bersih. Padahal mata sebagai salah satu panca indra yang selalu kita gunakan untuk menidentifikasi lingkungan sekitar adalah aset seumur hidup, tapi mengapa kita (saya khususnya) terkadang cenderung santai dalam menjaga kesehatannya *note kepada diri sendiri 😞*.
Sekarang untuk menjaga kondisi mata, saya selalu menyimpan dan menggunakan tetes mata sesuai kebutuhan. Insto hadir dengan produk-produk unggulannya yang membantu menanggani kondisi mata, seperti Insto Regular yang berwarna hijau untuk mata yang kemerahan dan iritasi mata ringan, sedangkan untuk mata yang kering dan lelah dapat menggunakan Insto Dry Eyes dangan kemasan birunya.
Mulai sekarang mari jagalah kesehatan mata agar dapat selalu mendukung seluruh aktifitas dan kreatifitas diri kita sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna tidak hanya untuk diri sendiri namun juga lingkungan sekitar kita 🤗.
Wah keren film pendeknya ya. Kadang kita gak sadar banyak hal hal menarik ada disekitar kita.
LikeLike
Iya, kadang mudah kita melihat tapi kadang susah kalau diceritain lagi.
LikeLike
Coba aja ya kacamata ini udah ada sejak dulu, mungkin aku akan lebih gampang merekam segala sesuatu tentang ((( dia )))
*dia siape
*dikepruk Kiki
LikeLiked by 1 person
Wkwkwkw.. cin itu ketauan tau klo ngerekam, lampunya nyala-nyala 😆😆
LikeLike
Suka bgt konsepnya yg menggunakan “sudut pandang”
LikeLiked by 1 person
Heuh, setiap org rupanya berbeda termasuk pandangannya
LikeLike
Pandangan ku sih tetep ke Dion Wiyoko… ehe
LikeLike
Eh iya bsk dese ke Detos, dirimu ga mau nemenin diriku?
LikeLike
hal kecil, luput dari pandangan tapi maknanya dalem banget ya kakaaaaaaa..
LikeLike
Heuh,, kusuka semua cerita co-director di “buka mata, buka cerita”
LikeLike